Penanganan Anak
dengan ADHD secara Tepat
Latar
Belakang
Banyak orangtua yang tidak
mengerti cara menangani anak Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dengan benar. Anak ADHD sering di
jauhi oleh lingkungan karena di anggap mengganggu, minimnya pengetahuan
orangtua tentang gejala-gejala ADHD pada anaknya. Di sekolah anak ADHD
cenderung di jauhi oleh teman-temannya sendiri karena di anggap aneh dan tidak
sesuai dengan norma pada masyarakat.
Hal ini mungkin terjadi karena 20-40% dari
anak ADHD cenderung suka berbohong (Suharmini, 2004). Anak-anak lainnya mungkin
menganggap ini menjadi hal yang membuat mereka menjauhi anak ADHD. Anak ADHD
berbohong mungkin agar anak ADHD
tersebut menjadi pusat perhatian dan itu dapat membuat senang.
Pengertian
ADHD
ADHD
adalah singkatan dari “Attention Deficit
Hyperactivity Disorders yang menjelaskan kondisi anak-anak yang
memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,
dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas
hidup mereka” (Baihaqi & Sugiarmin, 2006, h. 2).
American
Psychiatric Association (dikutip dalam Mash & Wolfe, 2013) mengatakan “Attention-deficit/hyperactivity disorders, describes
children display persistent age-inappropriate symptoms of inattention,
hyperactivity, and impulsivity that are sufficient to cause impairment in major
life activities” (h. 122) .
Diagnostic
and statistical manual of mental disorders (2000) mengatakan “The essential
feature of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorders is a persistent pattern of
inattention and/or hyperactivity-impulsivity that is more frequently displayed
and more severe than is typically observed in individuals at a comparable level
of development” (p. 85).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui
bahwa anak-anak yang mengalami ADHD memiliki ciri-ciri khusus. Jika seseorang
anak mengganggu, jangan langsung
mengatakan bahwa anak tersebut mengalami ADHD akan tetapi telusuri ciri-ciri
ADHD pada anak tersebut.
ADHD
tidak disebabkan oleh alergi makanan maupun kerusakan otak. Akan tetapi, ADHD
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, (a) keturunan (faktor genetis), (b) defisit neurotransmitter, (c) kelambatan
perkembangan sistem pembangkitan di otak, (d) perkembangan otak yang abnormal
(Flanagen, 2002/2005). Baihaqi dan Sugiarmin (2006) mengatakan hal yang sama
Penyebab ADHD telah banyak diteliti
dan di pelajari, tetapi belum ada satu pun penyebab pasti yang berlaku untuk
semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak
dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk
limbah pabrik, faktor genetika dari salah satu orang tua (sic) atau genetika
kedua orang tua (sic), masalah selama kehamilan ibu dan pada saat kelahiran,
atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan
penting sebagai faktor penyebab ADHD (h.
14)
Ciri-ciri
Anak ADHD
Ciri-ciri anak ADHD menurut Diagnostic and statistical manual of mental
disorders adalah pertama simton yang kurang perhatian menunjukkan tanda-tanda tetap
terjadinya selama 6 bulan. Kedua simton yang kelebihan aktivitas dan melakukan
sesuai dengan kata hati menunjukkan tanda-tanda tetap terjadi selama 6 bulan.
Ciri-ciri yang terjadi pada anak ADHD sangat berbeda jauh dengan anak autism
sehingga kedua penyakit ini tidak bisa di samakan.
Anak
ADHD kebanyakan diderita oleh anak laki-laki perbandingan sebesar 4:1. Ini
terjadi karena anak laki-laki lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif
jika dibandingkan anak perempuan yang lebih dapat mengontrol diri. Akan tetapi
jika anak perempuan yang menderita ADHD gejalanya akan sangat berbeda dengan
anak laki-laki (Flanagen, 2002/2005).
Gejala
pada anak perempuan penderita ADHD yaitu berupa pelupa, lesu, mudah mengantuk,
cenderung sering mengalami daydreaming (mengkhayal).
Anak perempuan yang memenuhi kriteria ADHD sangat berbeda dengan anak laki-laki
ADHD karena mereka mampu menangani kesulitan (Flanagen, 2002/2005). Hal ini
sangat bertolak belakang dengan anak laki-laki ADHD karena anak laki-laki ADHD
cenderung kurang bisa menerima kesulitan. Sehingga anak perempuan ADHD
cenderung memendam perasaan mereka tanpa diketahui oleh orang terdekat
(Flanagen, 2002/2005).
Jenis-jenis
ADHD
Terdapat
3 jenis ADHD yang dibahas dalam Diagnostic and statistical manual of mental (2000)
yaitu: (a) tipe kombinasi, perhatiannya mudah pecah dan cenderung sering kehilangan
barang maupun pekerjaan rumah; (b) tipe predominan kurang mampu memperhatikan,
jarang diperhatikan guru karena cenderung diam dan lesu; (c) tipe predominan
hiperaktif-impulsif, cenderung terlalu enerjik dan suka melompat-lompat.
Jadi
terdapat beberapa tipe anak ADHD dan tipe anak ADHD yang satu butuh penanganan
yang berbeda dengan tipe yang lain. Di sinilah peran orangtua sangat vital bagi
anak ADHD, orangtua yang bijak seharusnya mengetahui cara mengasuh anak ADHD. Anak
ADHD membutuhkan perhatian yang khusus karena mereka mengacau hanya untuk
mendapatkan perhatian.
Penanganan
ADHD
Penanganan ADHD dengan modifikasi perilaku.
Modifikasi perilaku pada anak ADHD itu perlu karena
anak-anak bukanlah hewan yang dapat dilatih dengan makanan atau kekerasan. Anak
ADHD janganlah dikeraskan karena anak ADHD bisa saja malah dengan sengaja
mengulangi perbuatannya hanya untuk mencari perhatian. Contoh dari modifikasi
perilaku adalah memberikan barang yang disukai anak jika dia melakukan sesuatu
yang baik. Jika anak melakukan sesuatu yang salah maka diberikan hukuman agar
anak tidak mengulangi hal tersebut (Flanagen, 2002/2005).
Penanganan ADHD dengan keterampilan sosial.
Sudah sangat jelas diketahui bahwa anak-anak penderita ADHD sangat sulit
bersosialisasi dengan anak-anak lain. Sudah merupakan hal yang alamiah bagi
anak-anak normal jika bertemu dengan orang lain harus menyapa agar si anak
mendapatkan respon yang di inginkan. Mereka belajar dari pengalaman dan
mencontoh dari orang tua bahwa menyapa itu adalah hal yang baik sehingga patut
untuk ditiru. Akan tetapi, hal yang ilmiah tersebut tidak terjadi pada anak
ADHD, mereka berbicara sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Anak-anak
ADHD jadi cenderung di jauhi oleh anak-anak normal karena mereka tidak sesuai
dengan anak-anak normal lainnya. Ini dapat membuat anak ADHD menjadi lebih
buruk seperti lebih mudah marah, sensitif karena mereka merasa frustasi (Flanagen,
2002/2005).
Penanganan ADHD dengan obat-obatan. Pertama
yang penting harus di pikirkan adalah apakah obat-obatan dapat membantu anak
ADHD. Terdapat beberapa obat-obatan untuk menangani ADHD, yaitu (a) methylphenidate (Ritalin), (b) dextroamphetamine (Dexedrine), (c) pemoline (Flanagen, 2002/2005, h. 85-148).
Studi yang dilakukan Bradley (1937) mengatakan sekitar 80 persen dari anak ADHD
mendapatkan manfaat dengan berkurangnya hiperaktifitas mereka (di kutip dalam
Flanagen, 2002/2005, h. 129 ). Penggunaan obat-obatan ini juga memiliki
beberapa efek samping berupa perubahan kepribadian, menurunnya selera makan
gangguan tidur, sakit perut. Sehingga penggunaan obat-obatan harus berdasarkan
resep dokter jangan memberikan dosis berlebihan dengan harapan lebih cepat
sembuh (Flanagen, 2002/2005).
Teknik-Teknik
Penanganan oleh Guru di Sekolah
Sugiarman
(dikutip dalam Baihaqi & Sugiarmin, 2005) mengatakan “Pilihlah yang paling
tepat, lalu latihlah secara berulang-ulang. Jika teknik tertentu tidak
memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain” (h. 68). Terdapat dua teknik yang dilakukan
oleh guru yakni menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak
dikehendaki, bisa disebut juga dengan teknik analisis A-B-C. Kebanyakan tingkah
laku dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya atau antecedent (A) yang terjadi sebelum terjadinya tingkah laku atau behavior (B), dan akan mengakibatkan
suatu konsekuensi atau consequent (C).
Yang kedua adalah mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki, teknik
mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki dengan cara memberi ulangan
penguatan (reinforcement).
Kesimpulan
Anak ADHD
merupakan manusia juga yang layak mendapat penghidupan yang layak juga. Sebagai
masyarakat yang baik, seharusnya janganlah menjauhi anak ADHD karena sifatnya
yang destruktif itu dikarenakan anak
ADHD sedang mencari perhatian. Akan tetapi, seharusnya malah membantu anak ADHD
tersebut dalam menghadapi masalah yang dialami oleh anak ADHD.
Di
lingkungan sekolah anak ADHD janganlah dijauhi karena kenakalan yang dilakukan,
itu disebabkan karena hanya ingin
mencari perhatian dari teman sebayanya. Ini merupakan tantangan untuk
orang tua, agar dapat merawat anak ADHD dengan benar. Sehingga anak ADHD
tersebut tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat maupun lingkungan keluarga.
Daftar Pustaka
Baihaqi, MIF & Sugiarmin, M. (2006). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: Refika Aditama.
Flanagen, R. (2005). ADHD kids:
Menjadi pendamping bijak bagi anak penderita ADHD. Dalam Tim Prestasi
(Ed.). & (B. Pamungkas, T. Adiantari, T. T. Wilujeng, Penerj.). Jakarta:
Prestasi Pustakaraya. (karya asli diterbitkan pada 2002)
Mash, E. J., & Wolfe, D. A. Abnormal
child psychology (5th ed.). USA: Wadsworth.
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed.,
text rev.). Washington, DC: Author.
Suharmini, T (2004, Desember). Penanganan anak hiperaktif melalui
metode sensory integrative therapy. Jurnal
rehabilitasi & remediasi, 2, 121-131.
No comments:
Post a Comment