Kecerdasan
Spritual bagi Anak-Anak
Kecerdasan
Secara Umum
EQ. EQ adalah
pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. EQ memberikan demensi lain
dalam diri manusia yaitu emosional. Kecerdasan Emosional ini adalah
kepekaan sosial, bagaimana menghormati perbedaan, menerima pendapat orang lain,
mengakui kelemahan, bahagia, marah, sedih, dan ekspresi perasaan lainnya (Khamdan,
n.d). Penggabungan pemikiran otak kiri
(IQ) dan perasaan otak kanan (EQ) akan membuat keseimbangan di dalam diri
manusia dengan baik.
IQ. IQ adalah kemampuan nalar manusia yang sering disebut dengan
kemampuan otak kiri. Otak bagian ini berfungsi untuk menganalisis, menentukan,
memahami, menentukan sebab-akibat, berfikir abstrak, berbahasa,
memvisualisasikan sesuatu. IQ ini pada mulanya dipandang sebagai penentu
keberhasilan seorang (Khamdan, n.d).
SQ. SQ sendiri adalah pusat dari kecerdasan IQ dan EQ, dimana SQ
ini yang akan mengarahkan kecerdasan yang lain. Kemana arah kemampuan berfikir
seseorang, dan akan dibawa ke mana kemampuan seseorang untuk bersosialisai
sangat dipengaruhi adanya kecerdasan SQ (Khamdan, n.d). Jika SQ baik, maka
kecerdasan IQ dan EQ tentu akan terarah ke dalam kebaikan dan membawa manfaat
kepada orang lain.
IQ dan EQ, baik secara bersama-sama atau
secara terpisah, tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas
kecerdasan manusia dan kekayaan imajinasi. Komputer merupakan benda yang
memiliki tingkat IQ tinggi, mengikuti aturan tanpa adanya tindak kecurangan.
Hewan memiliki EQ tinggi, mengenali lingkungan yang dihadapi dan mampu
beradaptasi dengan keadaannya yang terbaik. Namun antara computer dan hewan,
masing-masing tidak pernah bertanya mengapa punya aturan dan mengenali
lingkungan sekitarnya. Dalam hal inilah SQ memiliki peran penting untuk
mengetahui adanya nilai, moral, dan pertanyaan apakah memang harus dalam
kondisi tersebut atau sekadar beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
Sehingga saat anak berada di usia emas, bentuklah
secara perlahan jangan terlalu memaksa kehendak orang tua pada anak-anak. Saat
usia emas, kreatifitas anak sedang
menurun, sehingga sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban untuk membimbing
anak. Jangan menjerumuskan anak-anak dengan keinginan orangtua karena itu bisa
membuat SQ anak menurun.
Pengertian
Kecerdasan Spritual
Kecerdasan spritual secara umum. SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa
manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. Selain itu,
SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan kemungkinan
untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat agama menjadi mungkin ( bahkan
mungkin perlu ), tetapi SQ tidak bergantung pada agama.
Pengertian Kehidupan Spritual menurut Rosito. Kecerdasan
spiritual adalah kemampuan manusia untuk memberi makna atas apa yang ia alami
dan jalani. Kecerdasan spiritual bukanlah sekedar agama (religi). Terlepas dari
agama, manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Hal ini
dikarenakan oleh kesadaran bahwa berbagai hal dapat memberikan nilai spiritual
dan rasa bermakna.
Kesimpulan yang dapat
diambil dari pernyataan tersebut adalah kecerdasan spritual yang membuat agama
menjadi mungkin akan tetapi kecerdasan spritual bukan hanya sekadar agama
(religi). Kecerdasan spritual dapat menentukan ke arah mana kita hidup.
Pandangan Tokoh terhadap Kecerdasan
Spritual
Howard Gardner (dikutip dalam Khamdan, n.d.) mengemukakan bahwa “kecerdasan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan menciptakan masalah untuk
dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu
kebudayaan masyarakat”.
Sperry (dikutip dalam Khamdan, 1960) menemukan bahwa
otak manusia terdiri dari 2 hemisfer(bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri
dengan fungsi yang berbeda.
Teknik Pengasuhan Anak
Terdapat beberapa
cara dalam mengasuh anak agar orangtua dapat memahami problema anak. Pertama responding (Menanggapi
Anak secara Tepat). Dalam memberikan respon pada anak
orangtua memerlukan dua keyakinan: 1) kita harus yakin bahwa kita sedang
memberi respon terhadap anak-anak, bukan sedang bereaksi, 2) kita harus yakin
bahwa respon kita tepat.
Kedua,
preventing (Mencegah munculnya perilaku beresiko atau bermasalah). Upaya
melakukan pencegahan mencakup dua hal penting, (a) Memetakan kemungkinan-kemungkinan permasalahan, (b) Mengetahui
bagaimana
memecahkan permasalahan tersebut.
Ketiga Monitoring (Mengawasi interaksi anak dengan lingkungan
sosialnya). Seorang pengawas yang baik harus dapat menggabungkan kemampuan bertanya
dan memberi perhatian, dengan membuat keputusan-keputusan, menentukan
batasan-batasan dan mendorong anak-anak mengambil pilihan yang positif
ketika kita tidak ada.
Keempat Mentoring
(Mendukung dan menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki). Keterbatasan
dalam pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pada
anak-anak menjadikan mereka sangat membutuhkan mentor dalam kehidupannya.
Kelima Modeling (Menjadikan diri kita sebagai
contoh positif dan konsisten). Mungkin M yang terakhir ini
terasa sangat berat bagi kebanyakan orangtua.
Memberikan keteladanan membutuhkan keteguhan dan konsistensi dalam setiap
ucapan dan tindakan di hadapan anak-anak.
Kesimpulan
Kecerdasan spritual pada anak-anak
bergantung pada teknik pengasuhan yang benar oleh orang tua. Jika pola asuh
salah maka jangan salahkan anak jika anak menjadi nakal karena mereka mencari
pelampiasan. Kecerdasan spritual anak saat masih kecil adalah saat yang paling
bagus untuk di latih.
REFERENCE
Diana, R. R. (2006, Desember). Setiap anak cerdas! Setiap anak kreatif! Menghidupkan keberbakatan dan
kreativitas anak. Jurnal psikologi Universitas
Diponegoro, 3(2), 129-130.
Khamdan,
M. (2014, 4 Febuary). Kecerdasan Spiritual Sebagai Modal Pembentukan Karakter
Aparatur. Diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/jurnal/36-kecerdasan-spiritual-sebagai-modal-pembentukan-karakter-aparatur
Rosito, A. C. (2010). Spritualitas dalam
perspektif psikologi positif. Visi, 18(1),
29-42.
No comments:
Post a Comment