Thursday, November 6, 2014

KECERDASAN SPRITUAL BAGI ANAK-ANAK



Kecerdasan Spritual bagi Anak-Anak

Kecerdasan Secara Umum
     EQ. EQ adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. EQ memberikan demensi lain dalam diri manusia yaitu emosional. Kecerdasan Emosional ini adalah kepekaan sosial, bagaimana menghormati perbedaan, menerima pendapat orang lain, mengakui kelemahan, bahagia, marah, sedih, dan ekspresi perasaan lainnya (Khamdan, n.d).  Penggabungan pemikiran otak kiri (IQ) dan perasaan otak kanan (EQ) akan membuat keseimbangan di dalam diri manusia dengan baik.      
     IQ. IQ adalah kemampuan nalar manusia yang sering disebut dengan kemampuan otak kiri. Otak bagian ini berfungsi untuk menganalisis, menentukan, memahami, menentukan sebab-akibat, berfikir abstrak, berbahasa, memvisualisasikan sesuatu. IQ ini pada mulanya dipandang sebagai penentu keberhasilan seorang (Khamdan, n.d).
     SQ. SQ sendiri adalah pusat dari kecerdasan IQ dan EQ, dimana SQ ini yang akan mengarahkan kecerdasan yang lain. Kemana arah kemampuan berfikir seseorang, dan akan dibawa ke mana kemampuan seseorang untuk bersosialisai sangat dipengaruhi adanya kecerdasan SQ (Khamdan, n.d). Jika SQ baik, maka kecerdasan IQ dan EQ tentu akan terarah ke dalam kebaikan dan membawa manfaat kepada orang lain.
     IQ dan EQ, baik secara bersama-sama atau secara terpisah, tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas kecerdasan manusia dan kekayaan imajinasi. Komputer merupakan benda yang memiliki tingkat IQ tinggi, mengikuti aturan tanpa adanya tindak kecurangan. Hewan memiliki EQ tinggi, mengenali lingkungan yang dihadapi dan mampu beradaptasi dengan keadaannya yang terbaik. Namun antara computer dan hewan, masing-masing tidak pernah bertanya mengapa punya aturan dan mengenali lingkungan sekitarnya. Dalam hal inilah SQ memiliki peran penting untuk mengetahui adanya nilai, moral, dan pertanyaan apakah memang harus dalam kondisi tersebut atau sekadar beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
     Sehingga saat anak berada di usia emas, bentuklah secara perlahan jangan terlalu memaksa kehendak orang tua pada anak-anak. Saat usia emas,  kreatifitas anak sedang menurun, sehingga sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban untuk membimbing anak. Jangan menjerumuskan anak-anak dengan keinginan orangtua karena itu bisa membuat SQ anak menurun.

Pengertian Kecerdasan Spritual
     Kecerdasan spritual secara umum. SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. Selain itu, SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat agama menjadi mungkin ( bahkan mungkin perlu ), tetapi SQ tidak bergantung pada agama.
     Pengertian Kehidupan Spritual menurut Rosito. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia untuk memberi makna atas apa yang ia alami dan jalani. Kecerdasan spiritual bukanlah sekedar agama (religi). Terlepas dari agama, manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Hal ini dikarenakan oleh kesadaran bahwa berbagai hal dapat memberikan nilai spiritual dan rasa bermakna.
     Kesimpulan yang dapat diambil dari pernyataan tersebut adalah kecerdasan spritual yang membuat agama menjadi mungkin akan tetapi kecerdasan spritual bukan hanya sekadar agama (religi). Kecerdasan spritual dapat menentukan ke arah mana kita hidup.  

Pandangan Tokoh terhadap Kecerdasan Spritual
     Howard Gardner (dikutip dalam Khamdan, n.d.)  mengemukakan bahwa “kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan menciptakan masalah untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat”.
     Sperry (dikutip dalam Khamdan, 1960) menemukan bahwa otak manusia terdiri dari 2 hemisfer(bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi yang berbeda.

Teknik Pengasuhan Anak
     Terdapat beberapa cara dalam mengasuh anak agar orangtua dapat memahami problema anak. Pertama responding (Menanggapi Anak secara Tepat). Dalam memberikan respon pada anak orangtua memerlukan dua keyakinan: 1) kita harus yakin bahwa kita sedang memberi respon terhadap anak-anak, bukan sedang bereaksi, 2) kita harus yakin bahwa respon kita tepat.
     Kedua, preventing (Mencegah munculnya perilaku beresiko atau bermasalah). Upaya melakukan pencegahan mencakup dua hal penting, (a) Memetakan kemungkinan-kemungkinan permasalahan, (b) Mengetahui
bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.
Ketiga Monitoring (Mengawasi interaksi anak dengan lingkungan sosialnya). Seorang pengawas yang baik harus dapat menggabungkan kemampuan bertanya dan memberi perhatian, dengan membuat keputusan-keputusan, menentukan batasan-batasan dan mendorong anak-anak mengambil pilihan yang positif ketika kita tidak ada.
     Keempat Mentoring (Mendukung dan menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki). Keterbatasan dalam pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pada anak-anak menjadikan mereka sangat membutuhkan mentor dalam kehidupannya. Kelima Modeling (Menjadikan diri kita sebagai contoh positif dan konsisten). Mungkin M yang terakhir ini terasa sangat berat bagi kebanyakan orangtua. Memberikan keteladanan membutuhkan keteguhan dan konsistensi dalam setiap ucapan dan tindakan di hadapan anak-anak.

Kesimpulan  
     Kecerdasan spritual pada anak-anak bergantung pada teknik pengasuhan yang benar oleh orang tua. Jika pola asuh salah maka jangan salahkan anak jika anak menjadi nakal karena mereka mencari pelampiasan. Kecerdasan spritual anak saat masih kecil adalah saat yang paling bagus untuk di latih.






REFERENCE
Diana, R. R. (2006, Desember). Setiap anak cerdas! Setiap anak kreatif! Menghidupkan keberbakatan dan kreativitas anak. Jurnal psikologi Universitas Diponegoro, 3(2), 129-130.
Rosito, A. C. (2010). Spritualitas dalam perspektif psikologi positif. Visi, 18(1), 29-42.

No comments:

Post a Comment