Wednesday, November 12, 2014

TUGAS AKHIR BLOK KBK PENULISAN ILMIAH



                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Penanganan Anak dengan ADHD secara Tepat
                                      
Latar Belakang
Banyak orangtua yang tidak mengerti cara menangani anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dengan benar. Anak ADHD sering di jauhi oleh lingkungan karena di anggap mengganggu, minimnya pengetahuan orangtua tentang gejala-gejala ADHD pada anaknya. Di sekolah anak ADHD cenderung di jauhi oleh teman-temannya sendiri karena di anggap aneh dan tidak sesuai dengan norma pada masyarakat.
     Hal ini mungkin terjadi karena 20-40% dari anak ADHD cenderung suka berbohong (Suharmini, 2004). Anak-anak lainnya mungkin menganggap ini menjadi hal yang membuat mereka menjauhi anak ADHD. Anak ADHD berbohong  mungkin agar anak ADHD tersebut menjadi pusat perhatian dan itu dapat membuat senang.

Pengertian ADHD
     ADHD adalah singkatan dari “Attention Deficit Hyperactivity Disorders yang menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka” (Baihaqi & Sugiarmin, 2006, h. 2).
    American Psychiatric Association (dikutip dalam Mash & Wolfe, 2013) mengatakan “Attention-deficit/hyperactivity disorders, describes children display persistent age-inappropriate symptoms of inattention, hyperactivity, and impulsivity that are sufficient to cause impairment in major life activities” (h. 122) .
     Diagnostic and statistical manual of mental disorders (2000) mengatakan “The essential feature of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorders is a persistent pattern of inattention and/or hyperactivity-impulsivity that is more frequently displayed and more severe than is typically observed in individuals at a comparable level of development” (p. 85). 
    Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa anak-anak yang mengalami ADHD memiliki ciri-ciri khusus. Jika seseorang anak mengganggu,  jangan langsung mengatakan bahwa anak tersebut mengalami ADHD akan tetapi telusuri ciri-ciri ADHD pada anak tersebut.  
     ADHD tidak disebabkan oleh alergi makanan maupun kerusakan otak. Akan tetapi, ADHD disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, (a) keturunan (faktor genetis), (b) defisit neurotransmitter, (c) kelambatan perkembangan sistem pembangkitan di otak, (d) perkembangan otak yang abnormal (Flanagen, 2002/2005). Baihaqi dan Sugiarmin (2006) mengatakan hal yang sama
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan di pelajari, tetapi belum ada satu pun penyebab pasti yang berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari salah satu orang tua (sic) atau genetika kedua orang tua (sic), masalah selama kehamilan ibu dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai faktor penyebab ADHD (h. 14)

Ciri-ciri Anak ADHD    
     Ciri-ciri anak ADHD menurut Diagnostic and statistical manual of mental disorders adalah pertama simton yang kurang perhatian menunjukkan tanda-tanda tetap terjadinya selama 6 bulan. Kedua simton yang kelebihan aktivitas dan melakukan sesuai dengan kata hati menunjukkan tanda-tanda tetap terjadi selama 6 bulan. Ciri-ciri yang terjadi pada anak ADHD sangat berbeda jauh dengan anak autism sehingga kedua penyakit ini tidak bisa di samakan.
     Anak ADHD kebanyakan diderita oleh anak laki-laki perbandingan sebesar 4:1. Ini terjadi karena anak laki-laki lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif jika dibandingkan anak perempuan yang lebih dapat mengontrol diri. Akan tetapi jika anak perempuan yang menderita ADHD gejalanya akan sangat berbeda dengan anak laki-laki (Flanagen, 2002/2005).
     Gejala pada anak perempuan penderita ADHD yaitu berupa pelupa, lesu, mudah mengantuk, cenderung sering mengalami daydreaming (mengkhayal). Anak perempuan yang memenuhi kriteria ADHD sangat berbeda dengan anak laki-laki ADHD karena mereka mampu menangani kesulitan (Flanagen, 2002/2005). Hal ini sangat bertolak belakang dengan anak laki-laki ADHD karena anak laki-laki ADHD cenderung kurang bisa menerima kesulitan. Sehingga anak perempuan ADHD cenderung memendam perasaan mereka tanpa diketahui oleh orang terdekat (Flanagen, 2002/2005).

Jenis-jenis ADHD
     Terdapat 3 jenis ADHD yang dibahas dalam Diagnostic and statistical manual of mental (2000) yaitu: (a) tipe kombinasi, perhatiannya mudah pecah dan cenderung sering kehilangan barang maupun pekerjaan rumah; (b) tipe predominan kurang mampu memperhatikan, jarang diperhatikan guru karena cenderung diam dan lesu; (c) tipe predominan hiperaktif-impulsif, cenderung terlalu enerjik dan suka melompat-lompat.
     Jadi terdapat beberapa tipe anak ADHD dan tipe anak ADHD yang satu butuh penanganan yang berbeda dengan tipe yang lain. Di sinilah peran orangtua sangat vital bagi anak ADHD, orangtua yang bijak seharusnya mengetahui cara mengasuh anak ADHD. Anak ADHD membutuhkan perhatian yang khusus karena mereka mengacau hanya untuk mendapatkan perhatian.

Penanganan ADHD
     Penanganan ADHD dengan modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku pada anak ADHD itu perlu karena anak-anak bukanlah hewan yang dapat dilatih dengan makanan atau kekerasan. Anak ADHD janganlah dikeraskan karena anak ADHD bisa saja malah dengan sengaja mengulangi perbuatannya hanya untuk mencari perhatian. Contoh dari modifikasi perilaku adalah memberikan barang yang disukai anak jika dia melakukan sesuatu yang baik. Jika anak melakukan sesuatu yang salah maka diberikan hukuman agar anak tidak mengulangi hal tersebut (Flanagen, 2002/2005).
     Penanganan ADHD dengan keterampilan sosial. Sudah sangat jelas diketahui bahwa anak-anak penderita ADHD sangat sulit bersosialisasi dengan anak-anak lain. Sudah merupakan hal yang alamiah bagi anak-anak normal jika bertemu dengan orang lain harus menyapa agar si anak mendapatkan respon yang di inginkan. Mereka belajar dari pengalaman dan mencontoh dari orang tua bahwa menyapa itu adalah hal yang baik sehingga patut untuk ditiru. Akan tetapi, hal yang ilmiah tersebut tidak terjadi pada anak ADHD, mereka berbicara sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Anak-anak ADHD jadi cenderung di jauhi oleh anak-anak normal karena mereka tidak sesuai dengan anak-anak normal lainnya. Ini dapat membuat anak ADHD menjadi lebih buruk seperti lebih mudah marah, sensitif karena mereka merasa frustasi (Flanagen, 2002/2005).
     Penanganan ADHD dengan obat-obatan. Pertama yang penting harus di pikirkan adalah apakah obat-obatan dapat membantu anak ADHD. Terdapat beberapa obat-obatan untuk menangani ADHD, yaitu (a) methylphenidate (Ritalin), (b) dextroamphetamine (Dexedrine), (c) pemoline (Flanagen, 2002/2005, h. 85-148). Studi yang dilakukan Bradley (1937) mengatakan sekitar 80 persen dari anak ADHD mendapatkan manfaat dengan berkurangnya hiperaktifitas mereka (di kutip dalam Flanagen, 2002/2005, h. 129 ). Penggunaan obat-obatan ini juga memiliki beberapa efek samping berupa perubahan kepribadian, menurunnya selera makan gangguan tidur, sakit perut. Sehingga penggunaan obat-obatan harus berdasarkan resep dokter jangan memberikan dosis berlebihan dengan harapan lebih cepat sembuh (Flanagen, 2002/2005).

Teknik-Teknik Penanganan oleh Guru di Sekolah
     Sugiarman (dikutip dalam Baihaqi & Sugiarmin, 2005) mengatakan “Pilihlah yang paling tepat, lalu latihlah secara berulang-ulang. Jika teknik tertentu tidak memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain” (h. 68). Terdapat dua teknik yang dilakukan oleh guru yakni menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, bisa disebut juga dengan teknik analisis A-B-C. Kebanyakan tingkah laku dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya atau antecedent (A) yang terjadi sebelum terjadinya tingkah laku atau behavior (B), dan akan mengakibatkan suatu konsekuensi atau consequent (C). Yang kedua adalah mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki, teknik mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki dengan cara memberi ulangan penguatan (reinforcement).


Kesimpulan
     Anak ADHD merupakan manusia juga yang layak mendapat penghidupan yang layak juga. Sebagai masyarakat yang baik, seharusnya janganlah menjauhi anak ADHD karena sifatnya yang destruktif itu dikarenakan anak ADHD sedang mencari perhatian. Akan tetapi, seharusnya malah membantu anak ADHD tersebut dalam menghadapi masalah yang dialami oleh anak ADHD.
     Di lingkungan sekolah anak ADHD janganlah dijauhi karena kenakalan yang dilakukan, itu disebabkan karena hanya ingin  mencari perhatian dari teman sebayanya. Ini merupakan tantangan untuk orang tua, agar dapat merawat anak ADHD dengan benar. Sehingga anak ADHD tersebut tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat maupun lingkungan keluarga.
                                                                                













Daftar Pustaka
Baihaqi, MIF & Sugiarmin, M. (2006). Memahami dan membantu anak ADHD.  Bandung: Refika Aditama.
Flanagen, R. (2005). ADHD kids: Menjadi pendamping bijak bagi anak penderita ADHD. Dalam Tim Prestasi (Ed.). & (B. Pamungkas, T. Adiantari, T. T. Wilujeng, Penerj.). Jakarta: Prestasi Pustakaraya. (karya asli diterbitkan pada 2002)
Mash, E. J., & Wolfe, D. A. Abnormal child psychology (5th ed.). USA: Wadsworth.
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text rev.). Washington, DC: Author.
Suharmini, T (2004, Desember). Penanganan anak hiperaktif melalui metode sensory integrative therapy. Jurnal rehabilitasi & remediasi, 2, 121-131.

Thursday, November 6, 2014

KECERDASAN SPRITUAL BAGI ANAK-ANAK



Kecerdasan Spritual bagi Anak-Anak

Kecerdasan Secara Umum
     EQ. EQ adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati, dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. EQ memberikan demensi lain dalam diri manusia yaitu emosional. Kecerdasan Emosional ini adalah kepekaan sosial, bagaimana menghormati perbedaan, menerima pendapat orang lain, mengakui kelemahan, bahagia, marah, sedih, dan ekspresi perasaan lainnya (Khamdan, n.d).  Penggabungan pemikiran otak kiri (IQ) dan perasaan otak kanan (EQ) akan membuat keseimbangan di dalam diri manusia dengan baik.      
     IQ. IQ adalah kemampuan nalar manusia yang sering disebut dengan kemampuan otak kiri. Otak bagian ini berfungsi untuk menganalisis, menentukan, memahami, menentukan sebab-akibat, berfikir abstrak, berbahasa, memvisualisasikan sesuatu. IQ ini pada mulanya dipandang sebagai penentu keberhasilan seorang (Khamdan, n.d).
     SQ. SQ sendiri adalah pusat dari kecerdasan IQ dan EQ, dimana SQ ini yang akan mengarahkan kecerdasan yang lain. Kemana arah kemampuan berfikir seseorang, dan akan dibawa ke mana kemampuan seseorang untuk bersosialisai sangat dipengaruhi adanya kecerdasan SQ (Khamdan, n.d). Jika SQ baik, maka kecerdasan IQ dan EQ tentu akan terarah ke dalam kebaikan dan membawa manfaat kepada orang lain.
     IQ dan EQ, baik secara bersama-sama atau secara terpisah, tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas kecerdasan manusia dan kekayaan imajinasi. Komputer merupakan benda yang memiliki tingkat IQ tinggi, mengikuti aturan tanpa adanya tindak kecurangan. Hewan memiliki EQ tinggi, mengenali lingkungan yang dihadapi dan mampu beradaptasi dengan keadaannya yang terbaik. Namun antara computer dan hewan, masing-masing tidak pernah bertanya mengapa punya aturan dan mengenali lingkungan sekitarnya. Dalam hal inilah SQ memiliki peran penting untuk mengetahui adanya nilai, moral, dan pertanyaan apakah memang harus dalam kondisi tersebut atau sekadar beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
     Sehingga saat anak berada di usia emas, bentuklah secara perlahan jangan terlalu memaksa kehendak orang tua pada anak-anak. Saat usia emas,  kreatifitas anak sedang menurun, sehingga sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban untuk membimbing anak. Jangan menjerumuskan anak-anak dengan keinginan orangtua karena itu bisa membuat SQ anak menurun.

Pengertian Kecerdasan Spritual
     Kecerdasan spritual secara umum. SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. Selain itu, SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat agama menjadi mungkin ( bahkan mungkin perlu ), tetapi SQ tidak bergantung pada agama.
     Pengertian Kehidupan Spritual menurut Rosito. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia untuk memberi makna atas apa yang ia alami dan jalani. Kecerdasan spiritual bukanlah sekedar agama (religi). Terlepas dari agama, manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Hal ini dikarenakan oleh kesadaran bahwa berbagai hal dapat memberikan nilai spiritual dan rasa bermakna.
     Kesimpulan yang dapat diambil dari pernyataan tersebut adalah kecerdasan spritual yang membuat agama menjadi mungkin akan tetapi kecerdasan spritual bukan hanya sekadar agama (religi). Kecerdasan spritual dapat menentukan ke arah mana kita hidup.  

Pandangan Tokoh terhadap Kecerdasan Spritual
     Howard Gardner (dikutip dalam Khamdan, n.d.)  mengemukakan bahwa “kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan menciptakan masalah untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat”.
     Sperry (dikutip dalam Khamdan, 1960) menemukan bahwa otak manusia terdiri dari 2 hemisfer(bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi yang berbeda.

Teknik Pengasuhan Anak
     Terdapat beberapa cara dalam mengasuh anak agar orangtua dapat memahami problema anak. Pertama responding (Menanggapi Anak secara Tepat). Dalam memberikan respon pada anak orangtua memerlukan dua keyakinan: 1) kita harus yakin bahwa kita sedang memberi respon terhadap anak-anak, bukan sedang bereaksi, 2) kita harus yakin bahwa respon kita tepat.
     Kedua, preventing (Mencegah munculnya perilaku beresiko atau bermasalah). Upaya melakukan pencegahan mencakup dua hal penting, (a) Memetakan kemungkinan-kemungkinan permasalahan, (b) Mengetahui
bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.
Ketiga Monitoring (Mengawasi interaksi anak dengan lingkungan sosialnya). Seorang pengawas yang baik harus dapat menggabungkan kemampuan bertanya dan memberi perhatian, dengan membuat keputusan-keputusan, menentukan batasan-batasan dan mendorong anak-anak mengambil pilihan yang positif ketika kita tidak ada.
     Keempat Mentoring (Mendukung dan menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki). Keterbatasan dalam pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pada anak-anak menjadikan mereka sangat membutuhkan mentor dalam kehidupannya. Kelima Modeling (Menjadikan diri kita sebagai contoh positif dan konsisten). Mungkin M yang terakhir ini terasa sangat berat bagi kebanyakan orangtua. Memberikan keteladanan membutuhkan keteguhan dan konsistensi dalam setiap ucapan dan tindakan di hadapan anak-anak.

Kesimpulan  
     Kecerdasan spritual pada anak-anak bergantung pada teknik pengasuhan yang benar oleh orang tua. Jika pola asuh salah maka jangan salahkan anak jika anak menjadi nakal karena mereka mencari pelampiasan. Kecerdasan spritual anak saat masih kecil adalah saat yang paling bagus untuk di latih.






REFERENCE
Diana, R. R. (2006, Desember). Setiap anak cerdas! Setiap anak kreatif! Menghidupkan keberbakatan dan kreativitas anak. Jurnal psikologi Universitas Diponegoro, 3(2), 129-130.
Rosito, A. C. (2010). Spritualitas dalam perspektif psikologi positif. Visi, 18(1), 29-42.